BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis)
merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti batu yang
terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya
produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4%
dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita 4:1 dan penyakit ini disertai
morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika Serikat
5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata
terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran
kemih dan pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan
masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia.
Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7%
pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia
puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Fungsi
ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang
berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis,
vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama
dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya
(de jong, 2004). Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal
karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan
mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah
bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak
diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan
kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika
mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2011).
Untuk
mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini
. Tingginya insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya
kesadaran masyarakat akan penyakit batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya inilah
yang mendorong penulis untuk membahas atau membuat makalah mengenai batu
saluran kemih dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Saluran
Kemih)”.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa definisi dari Batu
saluran kemih?
1.2.2
Bagaimana klasifikasi
dari Batu saluran kemih?
1.2.3
Apa etiologi dari Batu
saluran kemih?
1.2.4
Bagaimana patofisiologi
dari Batu saluran kemih?
1.2.5
Apa saja manifestasi
klinis dari Batu saluran kemih?
1.2.6
Bagaimana
penatalaksanaan yang tepat pada penderita Batu saluran kemih?
1.2.7
Apa saja komplikasi
dari Batu saluran kemih?
1.2.8
Bagaimana proses
keperawatan yang sesuai pada Batu saluran kemih?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Batu saluran kemih
agar dapat memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan batu saluran kemih
sebaik mungkin.
1.3.2 Tujuan
Khusus
1. Untuk
mengetahui dan memahami definisi dari Batu saluran kemih
2. Untuk
mengetahui dan memahami etiologi dari Batu saluran kemih
3. Untuk
mengetahui dan memahami klasifikasi dari Batu saluran kemih
4. Untuk
mengetahui dan memahami patofisiologi dari Batu saluran kemih
5. Untuk
mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Batu saluran kemih
6. Untuk
mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Batu saluran
kemih
7. Untuk
mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Batu saluran kemih
8. Untuk
mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Batu saluran kemih
1.3. Manfaat
1.3.1
Bagi
mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang
konsep dasar Batu Saluran Kemih
dan Asuhan Keperawatannya..
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1
Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Batu Saluran Kemih
Batu
saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya
penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan
batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran
perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam
ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter
cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan
pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti
teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002).
Batu
Saluran Kemih adalah benda zat padat
yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran
kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran
kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi)
(30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley
2006).
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral
urine, biasa ditemukan di dalam ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga
dengan sebutan nephrolithiasis,
urolithiasis, atau renal calculi.
2.1.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Klasifikasi batu saluran kemih
menurut Joyce M Black dalam buku Medical Surgical Nursing, dan buku Basuki B Purnomo, adalah:
1.
Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu
terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari
bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang
sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
Faktor
penyebab terjadinya batu kalsium adalah :
a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam
urin) biasanya disebabkan oleh komponen:
1) Peningkatan resopsi kalsium
tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid primer atau pada tumor
paratiroid
2) Peningkatan absorbs kalsium
pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkali syndrome, sarcoidosis
3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi
kalsium melalui tubulus ginjal
4) Abnormalitas struktur biasanya pada
daerah pelvikalises ginjal
b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari.
Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus
sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan
yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, jeruk sitrun,
sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam
c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi
menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat
bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat terjadi
karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretic golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama.
d.
Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium, karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat
2. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi
karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih.
Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea
spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini
memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk
batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalah
proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus
3. Batu asam urat
Factor yang menyebabkan terbentuknya
batu asam urat adalah:
a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan
oleh makanan yang banyak mengandung purine, peminum alcohol.
b. Volume urin yang jumlahnya sedikit
(<2 liter perhari) atau dehidrasi.
c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/
24jam. Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat.
4. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan
metabolic secara congetinal yang mewarisi pengahambat atosomonal. Batu
sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua,
jarang ditemukan pada usia
5. Batu xanthine
Batu
xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi
oksidasi xathine.
2.1.3 Etiologi
Terbentuknya
batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
a) Faktor Intrinsik
Faktor
intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor
keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu
gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam
air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa orang
dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu saluran
kemih antara lain:
1).
Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria,
glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu
kalsium oksalat dan gagal ginjal.
2). Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi
poliuria, berat jenis air kemih rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
b. Umur
Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.
c.
Jenis kelamin
Kejadian batu saluran kemih berbeda antara
laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih sering terjadi dibanding wanita 3:1.
Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran kemih yang sesuangguhnya belum
diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus baru per
tahun.
Serum testosteron
menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum
testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu
saluran kemih pada wanita dan anak-anak.
b) Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi
Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka
yang tinggal di daerah pegunungan, bukit atau daerah tropis. Letak geografi
menyebabkan perbedaan insiden batu saluran kemih di suatu tempat dengan tempat
yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti
kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur, kelembaban yang sangat menentukan
faktor intrinsik yang menjadi predisposisi batu saluran kemih.
b.
Faktor Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara
langsung namun ditemukan tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu
tinggi. Selama musim panas banyak ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang
tinggi akan meningkatkan keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih.
Konsentrasi air kemih yang meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air
kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko
terhadap batu saluran kemih
c.
Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu
saluran kemih adalah jumlah air yang diminum dan kandungan mineral yang berada
di dalam air minum tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor
hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko
tinggi terkena batu saluran kemih. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air
kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air kemih.
Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien ion
aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum
akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan
komponen tersebut dalam air kemih.
d.
Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab
terbesar terjadinya batu saluran kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu
yang berefek signifikan dalam terjadinya batu saluran kemih.
e.
Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi
pada pegawai administrasi dan orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan
pekerjaannya karena mengganggu proses metabolisme tubuh1.
f.
Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres
jangka panjang, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih.
Secara pasti mengapa stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat
ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat
mengalami hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang
memungkinkan kenaikan terjadinya batu saluran kemih.
g. Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui
hubungan antara olah raga dan kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang
telah terbukti batu
saluran kemih jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding
orang yang bekerja di kantor dengan banyak duduk.
h. Kegemukan
(Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan
peningkatan lemak tubuh baik diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Pada
penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena
kegemukan. Hal ini disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar
asam urat, oksalat dan kalsium naik
i.
Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan
menimbulkan stasis air kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran
Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan
jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air kemih maka dapat
terjadi pengendapan kristal.
j.
Tinggi rendahnya pH air kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan
batu adalah pH air kemih ( pH 5,2 pada batu kalsium oksalat).
2.1.4
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis
penyakit batu saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan
edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala
ginjal serta ureter proksimal. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi
hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak inti fungsional (nefron) ginjal, dan gejala
lainnya adalah nyeri yang luar biasa (kolik). Gejala klinis dari batu saluran
kemih yang dapat dirasakan adalah
:
1.
Rasa Nyeri
Lokasi
rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut,
disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual
dan muntah, maka dapat disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik
ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa,
akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien yang mengalami
kolik ureter akan sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah.
2.
Demam
Demam
ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..
3.
Infeksi
Batu
saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di
saluran kemih karena kuman
Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus.
4.
Hematuria dan
Kristaluria
Diagnosis
adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya hematuria dan
kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air kemih,
sedangkan kristaluria adalah air kemih yang berpasir.
5.
Mual dan Muntah
Obstruksi
saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan mual dan
muntah.
2.1.5
Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada
saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti.
Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain :
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan
juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis
urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti
kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi :
pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan
urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu
asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan
batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi
oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan
menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum
kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak
adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran
kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang
kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada
saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat
dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul
hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang
lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi
gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara
normal.
2.1.6
WOC
2.1.7
Komplikasi
1. Sumbatan
: akibat pecahan batu.
2. Infeksi
: akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan
fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan
batu ginjal.
2.1.8
Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa
: warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel
darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus,
pH urine asam.
b. Urine
(24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
c. Kultur
urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d. Survei
biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
e. Kadar
klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
f. Darah
lengkap :
Sel darah putih : meningkat
menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien
dehidrasi berat atau polisitemia.
g. Foto
rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
h. IVP
: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul.
i.
USG Ginjal : untuk
menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
2.1.9
Penatalaksanaan
Medis
.Tujuan dasar penatalaksanaan medis
batu saluran kemih adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa,
pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan
pembedahan terbuka.
a.
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan
untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan
bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
Diet atau pengaturan makanan sesuai
jenis batu yang ditemukan :
1. Batu
kalsium oksalat
Makanan yang harus
dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti bayam,
daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu kalsium
fosfat : mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut,
kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2. Batu
asam urat
Makanan yang dikurangi
: daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-lain.
3.
Batu struvite
Makanan yang dikurangi
: keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4. Batu
cystin
Makanan yang dikurangi
: sari buah, susu, kentang. Anjurkan pasien banyak minum : 3-4 liter/hari serta
olahraga yang teratur.
b.
Pengobatan Medik
Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk
meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan.
Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti
inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung
pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme
ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu
saluran kemih dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu
dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
c.
ESWL (Extracorporeal
Shockwave Lithotripsy
Merupakan tindakan non-invasif dan
tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang
dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang
diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan
melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di
rumah sakit.
d.
Endourologi
Tindakan endourologi adalah
tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri
atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan
endourologi tersebut adalah :
a) PNL
(Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b) Litotripsi
adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c) Ureteroskopi
atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d) Ekstrasi
Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
e. Tindakan
Operasi
Penanganan
batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu
secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu
tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan
pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi
dimana batu berada, yaitu :
a) Nefrolitotomi
merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal
b) Ureterolitotomi
merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter
c)
Vesikolitomi merupakan
operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinaria
d)
Uretrolitotomi
merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra
2.2
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang
terdiri dari :
a.
Identitas Klien
Identitas
klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b.
Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
2. Apakah klien pernah menderita batu
saluran kemih sebelumnya atau infeksi saluran kemih, apakah klien pernah
dirawat atau dioperasi sebelumnya
3.
Riwayat kesehatan sekarang
4.
Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis,
dan didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual,
muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa
terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah
riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d. Riwayat psikososial
Adakah
ditemukan depresi, marah atau stress
e.
Pola kebiasaan
sehari-hari
1.
Aktivitas /
Istirahat
Gejala : Pekerjaan
monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya
2.
Sirkulasi
Tanda :
Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit kemerahan dan hangat;
pucat.
3.
Eliminasi
Gejala :
a)
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalukulus)
b)
Penurunan haluaran urine, kandung kemih
penuh.
c)
Rasa terbakar, dorongan
berkemih
d)
Diare
Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan
pola berkemih
4.
Makanan / cairan
Gejala :
a)
Mual / muntah,
nyeri tekan abdomen
b)
Diet tinggi
purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat
c)
Ketidak cukupan pemasukan
cairan; tidak minum air dengan
cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya
bising usus. Muntah.
5.
Nyeri /
Kenyamanan
Gejala :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik.
Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada
panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar kepunggung, abdomen, dan
turun ke lipat paha/genetalia. Nyeri
dangkal konstan menunjulkkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi
; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
6.
Keamanan
Gejala : Penggunaan alcohol. Demam, menggigil.
7.
Penyuluhan /
Pembelajaran
Gejala :
a)
Riwayat kalkulus
dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis
b)
Riwayat penyakit
usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatinoklisme
c)
Penggunaan
antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2.2.2 Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang dapat kami angkat yakni :
1.
Nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ureteral, trauma
jaringan.
2.
Gangguan
eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik
3.
Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah
4.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, salah
interpretasi informasi, sikap acuh terhadap interpretasi.
2.2.3
Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1
|
Nyeri
akut b.d peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi
ureteral, trauma jaringan.
|
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil:
Nyeri berkurang, Skala nyeri menurun, klien
dapat beristirahat
dan tampak rileks
|
1)
Kaji intensitas, lokasi,
frekuensi dan penyebaran nyeri
2)
Kaji tanda keringat dingin,
tidak dapat beristirahat, dan ekspresi wajah
3)
Tingkatkan pemasukan sampai
2500 ml/hari sesuai toleransi
4)
Berikan tindakan kenyamanan (
sentuhan terapeutik, pengubahan posisi, pijatan punggung ) dan aktivitas
terapeutik. Dorong penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan napas dalam,
visualisasi, pedoman imajinasi.
5)
Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi
|
1)
Peningkatan nyeri adalah
indikasi dari obstruksi, bila nyeri hilang kemungkinan batu sedang bergerak
2)
Mengobservasi tanda-tanda
shock
3)
Menurunkan
iritasi dengan mempertahankan aliran cairan konstan ke mukosa kandung kemih.
4)
Menurunkan
tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
5)
Analgetik
memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
|
2
|
Gangguan
eliminasi urin b.d stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x 24 jam gangguan eliminasi urine teratasi
Kriteria Hasil:
Nyeri
saat berkemih berkurang, berkemih tidak menetes, pola berkemih kembali normal
|
1)
Awasi pemasukan dan
pengeluaran cairan dan karakteristik urine
2)
Tingkatkan pemasukan sampai
2500 ml/hari sesuai toleransi
3)
Observasi perubahan status
mental
4)
Periksa urine
5)
Awasi pemeriksaan laboratorium
untuk elektrolit, BUN, dan kreatinin
6)
Kolaborasi pemberian
acstazolamid/alupurinol, dan antibiotik
|
1)
Hasil pengawasan memberikan
informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
2)
Hidrasi yang cukup
meningkatkan pengenceran kemih dan membantu mendorong lewatnya batu.
3)
Akumulasi
uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
4)
Membantu
mengidentifikasi tipe batu dan pilihan terapi
5)
Indikasi
disfungsi ginjal/komplikasi
6)
Alupurinol
untuk meningkatkan pH urine, antibiotil untuk mengatasi infeksi.
|
3
|
Resti kekurangan volume cairan b.d mual / muntah
|
Tujuan
:
Keseimbangan cairan adekuat
Kriteria
:
Intake dan output seimbang, Tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
|
1)
Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik, dan frekuensi.
2)
Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 lt / hari dalam toleransi jantung.
3)
Monitor tanda vital, evaluasi nadi, turgor kulit dan membran mukosa.
4)
Timbang berat badan tiap hari
Kolaborasi:
5)
Awasi Hb,Ht,elektrolit,
6)
Berikan diet tepat,cairan jernih,makanan lembut s/d toleransi
|
1)
Mengesampingkan kejadian abdominal lain.
2)
Mempertahankan keseimbangan cairan dan homeostasis.
3)
Penurunan LFG merangasang produksi renin, yg. Bekerja meningktakan TD.
4)
Peningkatan BB.yang cepat,waspada retensi
5)
Mengkaji hidrasi, kebutuhan intervensi.
6)
Mempertahankan keseimbangan nutrisi. Menurunkan mual muntah
|
4
|
Defisit pengetahuan b.d kurang terpajan, salah interpretasi informasi,
sikap acuh terhadap interpretasi
|
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam
pengetahuan klien meningkat
Kriteria Hasil:
Memahami penjelasan perawat, mampu menjawab
pertanyaan validasi, berdiskusi aktif
|
1)
Kaji tingkat pengetahuan klien
mengenai kondisinya
2)
Menjelaskan jenis tindakan
yang akan dihadapi klien
3)
Memotivasi untuk minum air
putih 2,5 L perhari untuk pencegahan
4)
Memotivasi untuk melakukan
diit rendah kalsium dan protein hewani untuk pencegahan
|
1)
Tingkat pengetahuan klien
menentukan sejauh mana informasi yang perlu diberikan.
2)
Informasi yang tepat
memberikan pengetahuan bagi klien
3)
Hidrasi yang cukup
meningkatkan pengenceran kemih dan membantu mendorong lewatnya batu, mencegah
kekambuhan berulang
4)
Perubahan
pola diit menurunkan oksalat dan protein sehingga aka menurunkan resiko
pembentukan batu saluran kemih
|
2.2.4 Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi
merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun/
ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat
terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara
mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti
ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan
diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1.
Memahami rencana keperawatan yang
telah ditentukan
2.
Menyiapkan tenaga dan alat yang
diperlukan
3.
Menyiapkan lingkungan
terapeutik
4.
Membantu dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari
5.
Memberikan asuhan keperawatan
langsung
6.
Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan
pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji
kembali keadaan klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah
ada, mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk
mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan
pengetahuan tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat
menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan,
Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga
perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk
memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat
menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses
keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan
dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan
ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Batu Saluran
Kemih ialah nyeri akut dapat tertangani dengan tepat, proses eliminasi urin
kembali normal, kekurangan volume cairan dapat terhindari dan pasien memiliki
pengetahuan mengenai penyakit yang dialaminya.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Batu saluran kemih merupakan keadaan
patologis karena adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang
saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran
kencing. Masalah
keperawatan yang sering dialami pada batu saluran kemih ialah nyeri akut,
gangguan pola eliminasi urin, resiko tinggi kekurangan volume cairan dan
defisiensi pengetahuan.
3.2
Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap
dalam penanganan penyakit batu saluran kemih. Selain itu perawat juga memberi
health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan batu saluran
kemih dan
bagaimana pengobatannya.
daftar pustaka?
BalasHapusMinta daftar pustakanya min 😊
BalasHapusizin mengambil referensi
BalasHapus